Lakon - Aji Narantaka

Bagi yang suka dengan budaya Wayang Kulit pasti tau dengan Lakon-lakon dalam pewayangan, ada banyak dalang yang mempertunjukan cerita wayang dengan lakon-lakon yang berbeda-beda. dan juga banyak masyarakat yang suka dengan lakon-lakon dalam pewayangan yang dibawakan dalang dalam berbagai gaya, berikut ini salah satu Lakon dalam pewayangan yaitu Lakon Aji Narantika.



Gatotkaca, “Kangmas Antareja dan Antasena, disinilah kita siapkan untuk latihan perang,” tukasnya. “Kita membiasakan diri untuk selalu siap siaga menghadapi segala perkara yang mengganggu keamanan Negara.”

“Disini, di Tegal Kurusetra, Dimas Gatotkaca,” sahut Antareja

Antasena, “Bagus! Sepakat, kita siapkan semua pasukan tempur Pandawa, dan semua putra-putra pandawa harus dapat memimpinnya.”

Dengan pimpinan Gatotkaca, mereka bersepakat akan mengadakan gladen olah kaprajuritan serta latihan perang. Mereka sengaja mengambil tempat di Tegal Kurusetra. Latihan tersebut digelar untuk menyiapkan baik mental ataupun fisik jika tiba-tiba negara ada gangguan kamtibnas, juga untuk bersiaga jika perang Baratayuda terjadi.

Menjelang latihan terselenggara, niatan Gatotkaca serta semua putra Pandawa untuk melaksanakan latihan perang tercium oleh Dursala putra Dursasana dari Kerajaan Astina. Dursala pun segera melaporkan kepada Prabu Duryudana Raja Astina. Menurut Dursala kegiatan Gatotkaca, Antareja dan Antasena serta putra-putra Pandawa dianggap sebagai provokasi yang akan membahayakan ketentraman Negara Astina, dan sesegera mungkin wajib hukumnya untuk dihentikan.

Prabu Duryudana menyetujui lalu memerintahkan para putra Kurawa dengan menunjuk Dursala, sebagai pemimpin pasukan Kurawa. Sang Prabu Duryudana berharap agar cara menghentikan dengan cara halus, dan jika mereka bersikeras, harus siap menghadapinya. Untuk itu di belakang Dursala siap siaga prajurit Kurawa.

Di Tegal Kurusetra ketika menemui putra-putra Pandawa, Dursala pun menyampaikan pesan Prabu Duryudana agar menghentikan kegiatannya di Tegal Kurusetra, dimohon untuk memindahkan tempat latihannya. Tentu apa yang telah direncanakan Gatotkaca beserta putra-putra Pandawa meng- anggap Tegal Kurusetra merupakan tempat netral, Gatotkaca dan saudara- saudaranya menolak permohonan Dursala, dengan alasan kegiatan itu tidak akan mengganggu siapapun.

Akirnya mereka saling bersitegang, masing-masing memegang ke- hendaknya, yang tentu hal tersebut menimbulkan keributan hingga perkelahian seru. Putra Pandawa yang jumlahnya lebih sedikit, harus menghadapi Kurawa yang lebih banyak. Namun kekuatan putra Pandawa pun dapat mengimbangi Kurawa walau pun mereka dikeroyok, prajurit Kurawa banyak yang mundur teratur.

Dursala tampak marah melihat situasi serta mengamati gerak-gerik para putra Pandawa, Gatotkaca perlahan maju hendak menghadapi Dursala, perang tanding pun berlangsung seru. Tapi ternyata Dursala tidak dapat dianggap enteng. Gatotkaca pun mengimbangi keampuhan Dursala. Karena terdesak maka Dursala bersiaga hendak mengeluarkan Pusaka Candra Wirayang pemberian gurunya. Dursala pasang kuda-kuda, dengan kedua tangannya disatukan. Diputar-putarkan, sambil memejamkan matanya ia mengetok seluruh kekuatan jasmaninya, dan “Dueeerr!” timbul bunyi dengan suara yang memekakkan telinga.

Kemampuan Candra Wirayang bila digunakan dan mengenai seseorang, maka orang yang terkena Candra Wirayang akan hancur lebur, Candra Wirayang meluncur bak bola api, beruntun menerjang apapun.

“Kakang Gatotkaca!” Teriak Antasena mengingatkan, agar minggir dari gempuran Candra Wirayang. Gatotkaca tak dapat menghindar, dan badan- nya terkena Candra Wirayang, “Waduh….!” Teriaknya, sambil berjumpalitan, dan terjerembab ke tanah.

Dursala melihat kejadiannya, Ia tertawa terbahak-bahak, “Ayo hadapi

aku, Gatotkaca!”

Gatotkaca roboh, terluka berat. Para putra Pandawa semua mengundur- kan diri dari gelanggang, sedangkan Antareja tanggap serta membawa tubuh Gatotkaca ke tempat yang aman. Serta merta mencarikan obat untuk kesembuhannya.

Setelah sembuh Gatotkaca muncul dan berniat untuk membalas ke- kalahannya untuk melawan Dursala. Gatotkaca lalu berguru kepada Resi

 Seta. Oleh Resi Seta Gatotkaca mendapat pendalaman ilmu kanuragan mau- pun ilmu batin. Dengan harapan Ia dapat kekuatan baru, Gatotkaca pun mengikuti segala perintah Sang Resi Seta. Yang diajarkan diingat serta dicamkan.

Benar! Sang Resi Seta merasa puas melihat kesungguhan Gatotkaca, kemudian Resi Seta pun memberikan ilmu sakti bernama Aji Narantaka. Gatotkaca bahagia sekali, dalam batinnya, ia akan mencari Dursala, untuk adu tanding kembali.

Dalam perjalanan mencari Dursala untuk membalas dendam kekalah- annya, Gatotkaca bertemu dengan Dewi Sumpani. Wanita ini mengejar- ngejar ingin diperistri, tetapi Gatotkaca memberi syarat, jika wanita itu dapat menahan pukulan Aji Narantaka, Gatotkaca bersedia memperistrinya.

Dewi Sumpani bersedia dan siap menerima kekuatan Aji Narantaka. Gatotkaca bersiaga hendak memukulkan Aji Narantaka, dan “Hyaaaaaat!” Aji Narantaka dipukulkan ke tubuh Dewi Sumpani dan ternyata Dewi Sumpani kuat menahan Aji Narantaka, sehingga Gatotkaca menepati janji, menerima- nya Dewi Sumpani sebagai istrinya.

Kemudian ia pamit untuk pergi mencari Dursala, dan benar, ketika bertemu dengan Dursala mereka bertempur habis-habisan. Terjadi perang tanding diantara mereka berdua. Dursala mengeluarkan Candra Wirayang, tetapi dengan trengginas Gatotkaca berhasil menghindar, ketika Dursala lengah, Gatotkaca pun mengeluarkan Aji Narantaka yang pas mengenai tubuh Dursala, akibatnya tubuh Dursala hancur lebur terkena hantaman Aji Narantaka.

 Dengan kematian Dursala, bala tentara Kurawa kocar-kacir dan melari- kan diri kembali ke negara Astina untuk memberi kabar tentang kematian Dursala.

Dalam lakon Aji Narantaka ada beberapa tokoh utama. Tiga diantaranya adalah: Gatot Kaca, Raden Dursala, dan Resi Seta.

Sumber : Buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon

Post a Comment for "Lakon - Aji Narantaka"