Perbedaan Cerita Wayang dengan Kitab Mahabarata 2

Lanjutan dari Perbedaan Cerita Wayang dengan Kitab Mahabarata #1

Wayang - PRABU DRESTARASTRA dan Dewi Gendari menurut kitab Mahabarata mati dalam suatu kebakaran hutan sewaktu mereka hidup menyepi bersama Dewi Kunti untuk menjalani usia tuanya.

Tetapi dalam sebuah lakon Wayang Purwa, Prabu Drestarastra dan Dewi Gendari mati terinjak-injak anaknya, setelah mereka tertindih puing Keraton Astina yang hancur karena Kresna melakukan triwikrama.



KANGSA menurut cerita pewayangan adalah anak gelap Prabu Basudewa yang kemudian diangkat sebagai raja muda di Kadipaten Sengkapura. Tetapi menurut Serat Hariwangsa yang merupakan lampiran Kitab Mahabarata, Kangsa adalah anak Ugrasena, raja Mandura Mathura). Kangsa kemudian mengambil alih secara paksa kekuasan di Mandura dari tangan ayahnya. Menurut kitab itu, Basudewa (Wasudewa) adalah suami Dewi Dewaki, adik Kangsa.




BURISRAWA menurut pewayangan adalah anak Prabu Salya, raja Mandraka. Burisrawa lahir dalam wujud seperti raksasa sebagai karma Prabu Salya, yang dimasa mudanya membunuh Begawan 
Bagaspati, hanya karena mertuanya itu berujud raksasa. 
Tetapi menurut Kitab Mahabarata, Burisrawa bukanlah anak Prabu Salya, melainkan anak Bhalika, raja Cedi; salah satu sekutu Kerajaan Astina. 

DEWI DRUPADI dalam Kitab Mahabarata adalah istri dari kelima Pandawa bersaudara. Jadi, ia seorang wanita yang melakukan poliandri tetapi etika dan adat Jawa tidak dapat menerima hal itu. Itulah sebabnya, dalam pewayangan di Indonesia, Dewi Drupadi hanya istri Puntadewa atau Yudistira seorang. Jika dalam Mahabarata putri Raja Cempala (Pancala) itu punya lima orang anak, maka dalam pewayangan anaknya hanya satu, yakni Pancawala. 

TOKOH PANAKAWAN hanya ada dalam pewayangan di Indonesia. Dalam Kitab Mahabarata maupun Ramayana tidak dijumpai adanya tokoh Semar, Gareng, Petruk, Bagong, atau pun panakawan lainnya. Demikian pula tokoh panakawan dalam Wayang Madya dan Wayang Wasana. 

TOKOH-TOKOH ciptaan seniman Indonesia. selain para panakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, misalnya Antareja, Antasena, Wisanggeni, Gandamana, dll tidak ada dalam kitab Mahabarata. Agar tidak mengganggu jalan cerita pada akhir kisahnya semua tokoh rekaan nenek moyang kita itu dimatikan dengan berbagai cara. 


Dengan demikian pada saat Baratayuda berlangsung hanya tokoh-tokoh yang ada dalam kitab Mahabarata saja yang muncul.


Perbedaan Cerita Wayang dengan Kitab Mahabarata 1

Sumber : Ensiklopedi Wayang Indonesia - Jilid 1 [A-B]
                SENA WANGI ( Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia)

2 comments for "Perbedaan Cerita Wayang dengan Kitab Mahabarata 2"

Add your message to every single people do comment here